Surya Dharma, Bakti dari Sang Pembaharu Metode Wajib Belajar 12 Tahun dari Tanah Palu
Sesungguhnya pendidikan merupakan hak segala bangsa. Sebagaimana yang telah tercantum pada Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 31 ayat 1 yang isinya setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan dilanjutkan pada ayat 2, bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya.
Sekolah, institusi atau pusat pendidikan merupakan jembatan setiap warga negara agar dapat memperoleh pendidikan yang layak. Dari sini dapat disimpulkan setiap orang, siapa saja berhak mengenyam pendidikan hingga setinggi-tingginya tanpa terkecuali. Ternyata program wajib belajar 9 tahun sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman apalagi sebagai prasyarat mendapatkan pekerjaan.
Diketahui, Kemdikbudristek RI telah menyusun dokumen Peta Jalan Sistem Pendidikan 2020-2035 yang di dalamnya tercantum klausul bahwa input yang harus terpenuhi lebih dahulu ialah tenaga kerja Indonesia dengan pendidikan formal minimal 12 tahun. Mirisnya masih ada sekitar 30 persen siswa di Indonesia tidak mengenyam pendidikan hingga ke tingkat SMA. Hal ini dibuktikan dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022, bahwa Angka Partisipasi Murni (APM) SMA atau SMK baik di tingkat kota dan desa adalah masih sebesar 75,96 dan 69,43.
Oleh sebab itu, betapa pentingnya pemerintah mencanangkan program Wajib Belajar 12 tahun pada 2015 yang bertujuan untuk memanfaatkan potensi bonus demografi di Indonesia untuk mencetak generasi emas di tahun 2045. Dengan begitu Angka Partisipasi Kasar (APK) sekolah di semua jenjang yang telah ditargetkan oleh Kemendikbudristek secara konsisten meningkat. Untuk jenjang prasekolah, APK pada tahun 2019 yang baru sebesar 39 persen, harus naik lebih dari 85 persen pada 2035. Sedangkan, APK jenjang SD hingga SMA ditargetkan 100 persen pada 2035.
Sebuah Perjalanan Ribuan Mil Dimulai Dari Langkah Kecil
Nah, masih banyak ditemui tidak hanya di perkotaan tapi juga di daerah, kebutuhan masyarakat untuk bersekolah atau pentingnya menempuh pendidikan masih minim. Seringkali mereka mengutamakan bekerja untuk membantu orang tuanya mencari uang agar asap dapur tetap mengepul dan akhirnya menomer duakan untuk pergi ke sekolah. Hal inilah yang menggerakkan hati seorang Surya Dharma, sosok pengajar dari kota Palu sebagai pejuang pendidikan wajib belajar 12 tahun. Bersekolah hingga lulus Sekolah Menengah Atas bukan menjadi prioritas masyarakat di wilayah tempat tinggal bang Surya di kecamatan Ulujadi, kota Palu, Sulawesi Tengah.
Dana pendidikan menjadi kendala utama yang dirasakan masyarakat di kawasan Kota Palu tersebut. Tak pelak mayoritas orang tua dari anak-anak itu berprofesi sebagai buruh cuci atau buruh bangunan. Alih-alih melanjutkan kembali sekolahnya hingga lulus SMA, masyarakat yang tinggal dekat kawasan pesisir ini, lebih memilih untuk mengamen, bekerja jadi juru parkir atau bahkan menikah di bawah umur setelah lulus Sekolah Menengah Pertama.
Dengan niat mengedepankan pendidikan hingga lulus SMA, bang Surya Dharma pun membuat kelas belajar informal bagi siapapun yang berniat mengikuti untuk menyelesaikan studinya berhasil hingga 12 tahun dan mengambil Paket C. Program dengan nama ‘Tuntas Belajar 12 Tahun’ ini beliau dirikan bersama sang istri yang juga berlatar belakang guru seperti dirinya. Murid-murid dari berbagai usia pun berkumpul untuk belajar banyak hal seperti bahasa Inggris, fotografi, komputer dan keahlian lain yang diajarkan oleh kak Surya di lembaga yang bernama PKBM Khatulistiwa.
Kemudian kelas yang diadakan sekali sepekan ini sudah diikuti 150 orang dari yang jumlah awalnya 10 orang saja. Dengan minimal memiliki Ijazah SMA, bang Surya berharap anak didiknya bisa memperoleh pendapatan yang lebih baik nantinya. Nawaitu beliau, dengan bekal ilmu yang lebih baik pun para murid ini diharapkan bisa membuka usaha sendiri (berwirausaha) dan menjadi pengusaha yang sukses.
Semangat Pantang Menyerah Tanpa Mengenal Lelah
Bak jatuh tertimpa tangga. Palu yang kala itu baru saja bangkit dari bencana gempa dahsyat pada September 2018 harus kembali menelan pil pahit dengan adanya wabah pagebluk Covid 19 di tahun 2019. Perekonomian melesu dan segala kegiatan praktis dibatasi. Apalagi lokasi PKBM Khatulistiwa dekat dengan salah satu lokasi gempa dan likuifaksi terparah.
Alhamdulillah bersyukur selalu ada hikmah di setiap bencana. Meskipun dekat dengan area terparah, beruntung bangunan PKBM Khatulistiwa tetap berdiri utuh. Hanya saja, bencana ini juga menyisakan duka. Beberapa anak didik pun ikut menjadi korban meninggal dunia.
Jumlah peserta didik pun menurun drastis. Selain meninggal dunia, banyak di antara mereka pergi dari kota Palu dan juga kehilangan kontak akibat bencana gempa. Tetapi, semangat bang Surya untuk menebar pentingnya kualitas pendidikan membuat kejadian yang bertubi-tubi tersebut tak lantas membuatnya gentar lalu mundur. Namun sebaliknya malah jadi pembangkit untuk tidak menyerah. Beliau terus berupaya mencari dan menemukan siswa putus sekolah untuk bisa lanjut sekolah.
Di tengah kondisi seperti ini, akhirnya langkah yang dipilih oleh bang Surya dan tim adalah meningkatkan sosialisasi. Salah satunya dengan berkoordinasi ke kantor kelurahan setempat untuk menginformasikan sekaligus mensosialisasikan program sekolah gratis PKBM Khatulistiwa. Secara kebetulan, setiap kelurahan memiliki program padat karya dalam bentuk tim pembersih area kota.
Tim padat karya ini terdiri ibu-ibu dan bapak-bapak dimana setiap harinya bertugas untuk membersihkan area jalan yang langsung dikoordinir oleh kantor kelurahan. Nah, pihak kelurahan sebagai fasilitator informasi. Hingga akhirnya, informasi sekolah gratis dari PKBM Khatulistiwa kembali menyebar. Secara bertahap pula jumlah peserta didik di PKBM Khatulistiwa semakin bertambah. Kebanyakan usia peserta didik PKBM Khatulistiwa beragam, dari usia remaja hingga ada yang berumur 56 tahun lho.
Berbekal keterbatasan fasilitas dan kemampuan teknik pembelajaran yang tersedia, bang Surya beserta tim akhirnya juga mengadopsi sistem pembelajaran secara daring. Meskipun tidak semua siswa bisa mengikuti karena keterbatasan kemampuan tetapi setidaknya langkah ini adalah solusi pembelajaran agar terus berjalan. Di samping itu, agar mobilitas para peserta didik tidak terlalu jauh maka lokasi pembelajaran memanfaatkan 3 kawasan pendukung yang berada di wilayah Palu Utara, Palu Timur dan Palu Barat dengan 15 tenaga pengajar.
Pembagian kawasan ini, benar-benar membantu para peserta didik sekaligus menjaring lebih banyak remaja putus sekolah untuk bergabung. Usaha membuahkan hasil, hingga di tahun 2022 PKBM Khatulistiwa menerima sekitar 200-an peserta didik. Dengan angka tersebut, bang Surya bersama tim terus menambahkan beberapa keahlian tambahan terutama yang berhubungan dengan dunia digital. Ternyata mereka sudah dipersiapkan materi keterampilan terkait pengelolaan sosial media, content creator dan keterampilan lain berbasis teknologi informasi.
Semangat pantang menyerah dan selalu memikirkan masa depan mereka yang putus sekolah membuat bang Surya Dharma menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards bidang Pendidikan tahun 2018. Bukan hanya mengandalkan satu lokasi pembelajaran tetapi sudah mulai memanfaatkan 3 kawasan pendukung yang terletak di Palu Barat, Palu Timur dan Palu Utara dengan 15 tenaga pengajar. Lokasi yang berdekatan mempermudah mobilisasi para peserta didik yang terkendala dengan jarak.
Makanya tidak heran, jika pada tahun 2022 jumlah peserta didik dari 3 lokasi tersebut mencapai lebih dari 200 orang. Bahkan, di pertengahan tahun 2023 kemarin, PKBM Khatulistiwa juga dengan gencar membuka pendaftaran siswa baru untuk tahun ajaran 2023/2024.
Besar harapan beliau, setiap pendaftar program sekolah gratis, semuanya bisa lulus dan mendapatkan ijazah beserta keterampilan tambahan. Meskipun hal tersebut tidak mudah untuk dicapai, karena dibutuhkan semangat juang dari peserta didik itu sendiri, dukungan penuh keluarga akan manfaat pendidikan ke depannya serta dorongan kuat dari tim pengajar.
Tak dapat dipungkiri berkat kemauan, ketekunan, kerja keras dan semangat pantang menyerah yang menginspirasi dari sosok bang Surya lahirlah Surya Dharma Surya Dharma berikutnya dan memberikan tongkat estafet untuk melanjutkan perjuangan secara berkelanjutan serta menyebarluaskan dari generasi ke generasi.