19 C Jakarta
Thursday 21st November 2024
Sinergi YBM PLN dengan Bidan Cahaya dalam Menjejak Manfaat
By SamAzhar

Sinergi YBM PLN dengan Bidan Cahaya dalam Menjejak Manfaat

 

Tantangan kesehatan nasional terutama di daerah tertinggal masih menghadapi masalah kekurangan dan pemerataan distribusi tenaga kesehatan, termasuk peran bidan. Tugas berat masih dijalani bidan-bidan yang bertugas di daerah tertinggal. Tak berlebihan jika apresiasi diberikan kepada bidan sebagai pejuang kesehatan, khususnya di Hari Bidan Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 Juni.

Bidan merupakan srikandi-srikandi yang luar biasa. Tugas mereka berat, tetapi mulia karena seorang bidan bertugas menjaga titik dimulainya pembangunan sumber daya manusia suatu bangsa. Kehadirannya menjaga sejak dalam kandungan hingga memastikan tumbuh kembang sebagai manusia unggul. 

Nah, dalam rangka memperingati Hari Bidan Nasional, pada hari Selasa, 27 Juni 2023, diselenggarakan acara Webinar via Zoom dengan topik “Tantangan Kesehatan Nasional dan Peran Penting Bidan” yang digelar oleh YBM PLN. Aku dengan beberapa perwakilan bloger beruntung dapat hadir dan menyimak webinar bersama peserta webinar diantaranya berasal dari perwakilan Mahasiswa Kesehatan, penerima beasiswa, tenaga kesehatan yang didominasi oleh bidan, media dan umum.

Perwakilan Bidan dari program Bidan Cahaya hadir dalam webinar, dan menceritakan pengalaman mereka dalam bertugas dan memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di daerah-daerah, antara lain: bidan Nova Riantina yang bertugas di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Enok, Indragiri Hilir, Riau; bidan Siti Rofikah yang bertugas di Desa Tunggal Jaya, Sumur, Pandeglang, Banten; dan bidan Salima Safitri yang bertugas di Kampung Fior, Fakfak, Papua Barat.

Para bidan cahaya yang bertugas di daerah menceritakan bagaimana tantangan medan yang dihadapi seperti jarak yang jauh, akses transportasi yang sulit, serta masih minimnya kesadaran dari masyarakat setempat akan pentingnya kesehatan, umumnya menjadi kendala dalam pelayanan kesehatan.

Program bidan cahaya seperti yang dijelaskan oleh Salman Al Farisi, selaku Deputi Direktur YBM PLN; Bidan Cahaya juga menjadi agen perubahan dalam masyarakat dan memberikan edukasi tentang pentingnya kesehatan dan mengubah kebiasaan yang tidak sehat menjadi lebih baik. Jadi, bidan cahaya tidak sekadar memiliki tugas sebagai penyedia layanan kesehatan masyarakat, namun memiliki tugas yang lainnya.

Bapak Salman menambahkan perihal program bidan cahaya yang memiliki tiga model level penugasan, yaitu: level pertama, bidan cahaya yang ditugaskan dan ditempatkan di desa/kampung yang tidak atau belum mempunyai bidan lokal selama kurun waktu satu tahun. Besar harapan setelah setahun, desa/kampung tersebut bisa memiliki bidan lokal hingga kemudian bidan cahaya sebelumnya bisa pindah dan melanjutkan ke proses level dua.

Kemudian pada Level Kedua, bidan cahaya menjadi mitra dan memberikan pendampingan kepada putra-putri lokal daerah setempat untuk dididik melalui pendidikan kebidanan dan juga membantu mereka untuk mendapatkan beasiswa dari program bidan cahaya. Sementara untuk level ketiga, bidan cahaya bisa memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat dan secara mandiri bertugas di daerah penugasan.

YBM PLN turut berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, salah satunya melalui program bidan cahaya. Keberadaan bidan cahaya memberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah terpencil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa perlu menempuh perjalanan jauh.

Bidan Salima Safitri Rumasukun, salah satu Bidan Cahaya yang menjejak manfaat di Kampung Fior, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat menceritakan pengalamannya tentang bagaimana susahnya perjalanan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah pedalaman. Selain kendala lokasi selama dalam perjalanan dan sulitnya akses transportasi, beliau juga menceritakan tentang kejadian perahu terbalik ketika sedang berlayar hendak memberikan pelayanan dan bersyukur masih bisa diselamatkan oleh warga setempat.

Selain membahas pengalaman-pengalaman para perwakilan bidan cahaya, disampaikan pula materi tentang bidan dan tantangan-tantangannya di Indonesia oleh Ibu Yuyun Widyaningsih selaku perwakilan dari Kementerian Kesehatan. Beliau menyampaikan lima tantangan kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Pertama tingginya angka kematian Ibu dan Anak, kedua kurangnya tenaga bidan, distribusi bidan, kualitas pendidikan, dan kualitas bidan.

Dukungan kementerian kesehatan terhadap bidan dalam menjelaskan tugasnya perihal minimnya sarana dan prasarana, faktor sosial budaya masyarakat dan kondisi geografis, antara lain pemberian USG dan pmenuhan sarana prasarana serta alat-alat di Puskesmas. Pemerintah berupaya dalam peningkatan mutu dan profesionalisme tenaga bidan melalui beasiswa pendidikan dan pelatihan, kesempatan mengembangkan karier, perlindungan hukum, dan peningkatan kesejahteraan, serta pembinaan bidan oleh IBI dan dinas kesehatan terkait.

Besar harapan dengan adanya program bidan cahaya ini bisa membantu pemerintah dalam mendukung terciptanya transformasi layanan primer melalui pencegahan dan promosi kesehatan secara holistik untuk peningkatan kualitas hidup ibu dan anak; inovasi dalam intervensi kesehatan reproduksi untuk penurunan permasalahan kesehatan ibu dan anak; pembinaan profesi bidan agar berperan aktif dalam pemberian pelayanan prima di masyarakat.

Peningkatan dan pengembangan komptensi bidan yang adaptif terhadap disrupsi teknologi dan kolaborasi interprofesional dalam meningkatkan resiliensi sistem kesehatan. Mewakili dari kementerian kesehatan, Ibu Yuyun mengucapkan apresiasi dan terima kasih terhadap program bidan cahaya.

Beliau mengungkapkan atensi yang sangat luar biasa terhadap kiprah YBM PLN terutama dengan program Bidan Cahaya. Meski baru 17 bidan di tujuh provinsi tetapi sudah memberikan dampak yang sangat signifikan. Ibu Yuyun menuturkan sangat mengapresiasi dan menghargai kebijakan di dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan. Para bidan cahaya dengan tantangan yang berbeda-beda, baik itu dari segi letak geografis di Indonesia yang sangat beragam. Pihak dari kementerian kesehatan saja belum tentu mampu menjangkau hingga ke pelosok-pelosok.

  • No Comments
  • June 28, 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *