19 C Jakarta
Thursday 21st November 2024
By SamAzhar

Pentingnya Komunikasi dengan Keluarga dalam Menghadapi Arus Industri 4.0

Salam Genre! (dokpri)

Pendahuluan

Bukan hal yang baru lagi bahwa kemajuan bangsa di masa depan ditentukan
pula oleh kualitas sumber daya manusianya. Hal ini bukan semata-mata disebabkan
oleh melimpahnya sumber daya alam (SDA). Sebagaimana kita ketahui sebelumnya
kemajuan jaman telah membawa pada perubahan yang disebut dengan Revolusi
Industri dimana pertama kali diperkenalkan di negeri Ratu Elizabeth yaitu Britania
Raya (Inggris).


Tahapan revolusi
industri pertama kali diperkenalkan dengan penciptaan alat-alat mekanik dan
tenaga yang digerakkan oleh mesin uap. Kemudian berlanjut dengan produksi
alat-alat tersebut secara massal, perakitan dan energi listrik masuk
mempermudah kehidupan manusia pada revolusi industri jilid yang kedua. Nah di
jaman sekarang ini penggunaan tenaga manusia semakin lama digantikan oleh peran
otomatisasi (robotic), serba
terkomputerisasi bahkan manusia sudah sangat bergantung dengan barang-barang
elektronik. Tak terasa seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin
revolusioner kita telah memasuki gerbang era dimana sistem informasi dan
jaringan internet begitu melekat dan menyihir dunia dan dikenal dengan nama Industri 4.0.

Indonesia tak
boleh ketinggalan dalam menghadapi arus globalisasi. Namun jangan sampai
terbawa arus sehingga melupakan jati dirinya dalam berbangsa dan bernegara. Saat ini Revolusi Industri 4.0 menjadi
harapan sekaligus tantangan bagi keluarga di Indonesia. Keluarga kini dituntut
untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan
mempengaruhi kehidupan setiap anggota keluarga secara struktural maupun
kultural.

BKKBN selaku institusi sekaligus lembaga negara yang melayani hajat hidup
keluarga Indonesia sekaligus menciptakan regenerasi SDM berkualitas memandang
perlu untuk berkontribusi menyukseskan Making Indonesia 4.0. Revolusi Industri
4.0
membawa perubahan lingkungan strategis yang mempengaruhi peran
keluarga, masyarakat dan dunia pendidikan di dalam mendidik, menerapkan dan
menumbuhkan nilai karakter bangsa.

Peran beberapa kementerian dan lembaga pemerintah sebut saja Kementerian
PPN/ Bappenas, Kemdikbud, Kemenristekdikti, Kementerian PPPA, BKKBN serta
jajarannya, perguruan tinggi dan lain-lain dirasa 
belum secara optimal dalam
memfasilitasi dan mendampingi keluarga Indonesia dalam mendidik anak untuk
menghasilkan sumber daya yang berkualitas. Sayangnya, apa yang dilakukan BKKBN
dan mitra kerja belumlah sama cepatnya dengan perubahan nilai-nilai kehidupan
keluarga yang lebih cepat berubah akibat diterpa berbagai informasi digital.
Teknologi informasi begitu cepat dan bebas menembus ruang-ruang pribadi keluarga.

Dokumentasi pribadi

Beruntung pada Kamis (14/11) yang lalu saya berkesempatan hadir di Ruang
Operasional, kantor BKKBN, Gedung Halim 1, Lantai 3 Jakarta Timur untuk
mengikuti acara diskusi temu Blogger yang bertajuk Pembangunan Keluarga di Era
Industri 4.0
dengan menghadirkan beberapa narasumber ahli yang kompeten di
bidangnya masing-masing, antara lain; Bapak Dr. dr. M. Yani, M. Kes, PKK sebagai Deputi
Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, BKKBN, Bapak Dr.
Pribudiarta Nur Sitepu, MM., selaku Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak RI serta Mbak Roslina Verauli, M. Psi yang kondang
sebagai Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga. Acara diskusi tersebut dimoderatori
oleh Mas Wildashah.

Narasumber dan Moderator (dokpri)
Pak Yani juga menjelaskan, bahwa ada tiga komponen kunci yang bertanggung
jawab dalam pengasuhan termasuk nilai-nilai esensial pembentuk karakter bangsa
yaitu keluarga, masyarakat dan dunia pendidikan. Keluarga adalah tempat pertama
kali dan utama dalam pengasuhan dan mendidik anak dalam menumbuhkan nilai-nilai
tersebut. Masyarakat ikut berperan di dalamnya dengan menjaga agar nilai-nilai itu tidak
luntur dan tumbuh subur. Sekolah merupakan sarana lanjutan tempat pembentukan
peserta didik dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai karakter mereka
masing-masing.

Revolusi Industri 4.0 menjadi harapan sekaligus tantangan bagi keluarga
di Indonesia. Keluarga kini dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan
teknologi yang semakin berkembang dan mempengaruhi kehidupan setiap anggota
keluarga secara struktural maupun kultural. Jika konsep orang terdahulu
menyimpulkan bahwa banyak anak banyak rezeki. Berbeda di zaman sekarang, di kalangan
generasi milenial dan generasi Z, konsep keluarga kecil (nuclear family) dengan dua anak semakin populer. Sebab pada kedua
generasi tersebut sangat berorientasi pada karir dan masa depan.

Namun kenyataan yang terjadi sekarang, generasi ini memiliki kecemasan
terhadap situasi politik, ekonomi, dan lingkungan yang dianggap malah semakin
memburuk keadaan. Perilaku ini tidak lepas dari konstruksi berbagai media digital
dan produk budaya populer yang mempengaruhi gaya hidup remaja Indonesia.
Pilihan untuk menjadi LGBT, melajang atau menikah tanpa anak mulai tumbuh di benak
generasi muda sebagai gaya hidup (lifestyle).
Justru kenyataan yang terjadi kini malah lebih memprihatinkan. Kelahiran anak yang
disebabkan oleh hubungan di luar nikah (married
by accident
) semakin marak saja di kalangan remaja. Mirisnya di zaman
kiwari ini perilaku tersebut malah direspon secara permisif oleh sebagian
masyarakat.

Masalah-masalah Komunikasi yang Timbul di Tengah Keluarga Industri 4.0

Mbak Vera
sebagai Psikolog menuturkan mayoritas orang tua masih menyakini bahwa kunci
keluarga yang harmonis adalah dengan merasa dekat dan menjaga komunikasi
dengan anak mereka. Namun, karena terkendala waktu, seringkali orang tua tidak bisa
optimal mendamping anak-anaknya. Di saat yang bersamaan, anak-anak mereka sudah
terlalu asik berselancar di dunia maya yang menyuguhkan hiburan di tengah
penatnya aktivitas mereka di luar rumah. Orang tua selalu merasa bersalah
sekaligus membiarkan hal ini tetap berjalan begitu saja.

Sejak game
online
dengan mudahnya dapat diakses melalui ponsel pintar (smartphone), pola bermain anak menjadi
sangat berubah. Mereka dapat tetap bermain ketika keluarga berkumpul. Kecenderungan
ini akan membuat anak lebih nyaman bermain sendiri (ansos) ketimbang bermain
dengan orang tuanya. Maka dari itu, orang tua perlu menyiasati hal tersebut
dengan membuat kegiatan interaksi bermain bersama.

Macam-macam pilihan keluarga menurut Mbak Vera

Semakin derasnya
arus teknologi informasi, m
uncul kerinduan keluarga Indonesia untuk
berkomunikasi secara tradisional, emosional, bahkan mental dengan orang yang
dicintai semakin kuat dengan syarat tidak dengan fasilitas teknologi. Keluarga
di Indonesia tinggal di rumah bersama tetapi mengalami keterpisahan jarak
karena teknologi. Menariknya, banyak orang tua juga berteman dengan anak mereka
di media sosial untuk mengawasi perilakunya sekaligus mencoba untuk merasa
dekat dengan anaknya.

Teknologi
merubah tradisi, sosial, budaya, ekonomi dan struktur keluarga tradisional
dengan nilai-nilai baru. Saat ini keluarga di Indonesia kesulitan untuk
membangun hubungan yang dengan anggota keluarganya. Hal tersebut mendorong
beberapa kelompok masyarakat yang ingin mempromosikan kembali semangat
nilai-nilai tradisional kepada kehidupan keluarga moderen saat ini terutama dalam menghadapi 
#revolusikeluarga4

Tak dapat
dipungkiri saat ini di era 
#keluargaindustri4 setiap keluarga memiliki kemudahan akses karena teknologi dan
aplikasi yang memungkinkan mempermudah pekerjaan di dalam rumah tangga mereka.
Seperti aplikasi jasa sehari-hari/
daily
services
, aplikasi pengatur keuangan dan lain-lain. Hanya dalam sekali
sentuh dan dalam genggaman.

Teknologi
semakin membuka tren globalisasi yang membuat keluarga di Indonesia semakin
terbuka dengan pemahaman kebudayaan dan berinteraksi dengan siapa pun tanpa
memandang batas negara. 
Industri 4.0 perlahan-lahan menghapus banyak jenis pekerjaan konvensional sekaligus membuka jenis pekerjaan
yang benar-benar baru. Bersamaan dengan itu, potensi digital membuka peluang
usaha bagi keluarga dengan membuka bisnis
online.

Pak Pribudi
berujar bahwa Laju industri generasi keempat (4.0) mendorong berbagai perubahan
rill pada perilaku individu bahkan institusi secara kolektif. Industri 4.0
memiliki potensi luar biasa dalam merombak aspek industri, birokrasi sekaligus kehidupan
manusia. Kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan, printer 3D, robot, big
data
, cloud computing, nanoteknologi, bioteknologi dan internet
of things 
membuat kehidupan manusia berubah dan mudah.

Tetapi menurut beliau dalam kutipan seorang ekonom dari Jerman, sekaligus pencetus revolusi industri 4.0, Profesor Klaus Schwab,  mengatakan revolusi industri
dapat berdampak buruk bagi pemerintahan yang tidak adaptif terhadap kecepatan
perkembangan teknologi. Family 4.0 adalah platform gerakan yang dapat
mengarahkan semua pihak yang terkait dalam pembangunan keluarga untuk
berkolaborasi menghasilkan
output dan outcome #keluargaindustri4 berkualitas yang terukur dengan waktu yang relatif cepat dengan mengadaptasi
semangat perubahan dari revolusi industri 4.0
.

Salah satu
faktor penghambat pembangunan keluarga terutama di internal BKKBN adalah slogan
“Dua Anak Cukup” dan branding imej melalui “Bagi-bagi alat kontrasepsi” yang
melekat di masyarakat, swasta bahkan pada para pejabat publik di level
nasional, provinsi dan kabupaten. Pencitraan BKKBN tidak sesuai dengan
semangat zaman serta masih minimnya publikasi penelitian dan kajian
pembangunan era #revolusikeluarga4 baik dalam bentuk akademik dan popular.

Manfaat Proyek BKKBN ke depan

Oleh karena itu BKKBN tidak tinggal diam dan bergegas untuk mengembangkan kebijakan pembangunan keluarga yang disesuaikan dengan semangat
revolusi industri 4.0 (#revolusikeluarga4), dengan harapan BKKBN sebagai lembaga negara akan selalu relevan dengan
perkembangan zaman yang ada. Penerapan Family 4.0 (#keluargaindustri4) pada setiap jajaran BKKBN justru akan membuat setiap program dan kebijakan menjadi lebih adaptif, sinergis,
terintegrasi dan holistik.



ket: Skill anggota keluarga yang harus dimiliki tahun 2020

Hubungan Komunikasi yang Strategis


Untuk itu BKKBN menilai perlunya membuat beberapa langkah strategis mulai dari jangka pendek hingga jangka panjang melalui renstra (perencanaan strategis) baik di dalam lini strukturisasi jajarannya maupun dalam lingkup keluarga Indonesia dalam menyusun platform Family 4.0.


Berikut beberapa kebijakan BKKBN agar lebih komunikatif dalam menghadapi Industri 4.0 dengan cara:

•Memetakan
target komunikasi agar proses pesan tidak hanya memberikan informasi tetapi
sekaligus memberikan pengaruh dan mendapatkan dukungan.


•Menyusun pesan
yang disesuaikan dengan subtansi dan visi lembaga yang akan menjadi calon mitra
atau membangun kerjasama antar lembaga.


•Menerapkan
metode komunikasi informatif, persuasif, edukatif dan kursif disesuaikan dengan
sasaran yang dituju.


•Memilih media
komunikasi sesuai sasaran khalayak, stakeholder maupun mengikuti tren
terkini.


•Melakukan
proses monitoring dan menata sistem saluran komunikasi.


•Melakukan
proses evaluasi dan inovasi yang taktis dalam berkomunikasi.

Kunci Keberhasilan dari Platform Family 4.0

Tidak hanya keluarga sebagai basis individu tapi juga sebagai kesatuan bangsa agar platform
Family 4.0 terwujud memerlukan beberapa langkah yang harus dicapai, di antaranya:


•Optimalisasi roadmap,
time schedule dan milestone.


•Merelokasi
anggaran sesuai prosedur dan peraturan sekaligus mengupayakan dukungan anggaran
dari pihak-pihak terkait.


•Menjaga
komunikasi dan terus-menerus dengan menyamakan persepsi terkait pentingnya pembuatan
Platform Family 4.0.


•Menyusun taktik
dan strategi komunikasi baik secara formal maupun informal kepada setiap stakeholder
terkait.


•Memberikan
workshop pengembangan kapasitas agar menjadi pegawai yang memiliki prinsip dan
sikap yang mencerminkan semangat industri 4.0.



Foto bersama Mbak Vera (dokpri)
Penutup

Oleh karena itu di era Revolusi Industri 4.0 pembangunan  keluarga
harus memiliki format baru agar sejalan dengan era revolusi industri yang kekinian.
Keluarga merupakan kunci dari keberhasilan pembangunan manusia di era Revolusi
Industri 4.0, yang pada gilirannya berpengaruh juga pada pencapaian bonus
demografi. Jika saja momentum bonus demografi di era Revolusi Industri 4.0
tidak terkelola dengan baik, bisa jadi momentum emas bonus demografi maupun
Revolusi Industri 4.0 akan sia-sia saja dan akhirnya gagal tercapai.



Wallahualam bi shawab. Man jada wa jadda.


Salam Genre,


#JurnalAzhar

  • 23 Comments
  • November 16, 2018

Comments

  1. Gita Siwi
    November 18, 2018

    Penting yang membangun komunikasi yang strategis imbang antara kualitas dan juga kuantitas

  2. Dian Safitri
    November 18, 2018

    Peran pemerintah penting banget untuk mempersiapkan membangun keluarga di era revolusi industri 4.0 ini. Aku ikut deg-degan kira-kira nanti akan seperti apa ya bentuknya

  3. SamAzhar
    November 18, 2018

    Tos dulu dong kak 🙂 akupun seperti itu #keluargaindustri4

  4. SamAzhar
    November 18, 2018

    Betul sekali. Sepakat dengan semangat mom ya ng satu ini. Komunikasi terjalin karena adanya interaksi. Selain frekuensinya sering kualitasnya pun perlu dibenahi. Ya kan ya kan? Hehe

  5. Tika Samosir
    November 19, 2018

    Ini nih calon kepala rumah tangga yang harus membangun keluarga harmonis.
    Setuju banget deh ideanya harus komunikasi.

  6. Solusi Tarot Darma
    November 19, 2018

    Bagaimana kalau kita sering sering makan bareng biar akrab hahahaha

  7. ria buchari
    November 19, 2018

    semoga bisa konsisten menerapkan kebersamaan makan bersama di hari biasa nih..yukk kita kembali ke meja makan

  8. Sifora
    November 19, 2018

    Kak Sam nanti jangan lupa kalau udah punya keluarga terapkan pondasi komunikasi. Hihihi, jangan sampai kaya aku nih udah berkeluarga tapi susah banget buat ngumpul.

  9. Indri
    November 19, 2018

    Teknologi benar-benar bisa merubah tradisi secara langsung atau tidak semoga berdampak baik bagi keluarga

  10. Uci
    November 19, 2018

    Kembali ke meja makan terdengar simple, tapi kita harus trrus berusaha mewujudkannya karena bisa mempererat hubungan antar anggota keluarga

  11. Hanni Handayani
    November 20, 2018

    wah termasuk member genre ya ? arus informasi yang dasyat memang bikin kita harus pilah pilih mana yang baik mana yang buruk biar ga terkena dampak negatifnya

  12. Ovianty
    November 20, 2018

    aihh.. udah mumpuni ilmu keluarganya nih, hehe.. iya benar, harus siap menghadapi era industri 4.0 biar keluarga kuat dan harmonis

  13. nursaidr
    November 20, 2018

    Iya ya kangen juga kumpul keluarga jaman dulu. Bisa nonton tv sekeluarga besar. Kemajuan teknologi emang gak bisa dihentikan.. sekarang ya tugas bersama bagaimana mewujudkan family 4.0 yg tetap harmonis dan utuh. Dan orangtua mesti bisa ini mengikuti tren perkembangan zaman.

  14. Diah Woro Susanti
    November 20, 2018

    perlu digarisbawahi ya sam bahwa komunikasi saat makan bersama keluarga bukanlah komunikasi searah. kalo searah misalnya org tua bertanya anak menjawab nah itu perlu diperbaiki lagi kualiats komonukasinya hehee

  15. Tina Sindi
    November 20, 2018

    Kalau Keluarga saya agak sulit menerapkan makan bersama ini, secara anak sudah remaja dgn aktifitas yg padat. Tapi berusaha dan komit satu sama lainnya jadi bisa terwujud makan bersama setiap hari dan no gadget

  16. Annisa
    November 20, 2018

    Keluarga , walaupun unit terkecil dari pembangunan masyarakat tapi penting banget untuk selalu diperhatikan. Kadang banyak orang habis-habisan kejar materi dan karir, tapi lupa dengan kebahagiaan dalam keluarganya sendiri. Mari makan di meja makan bersama keluarga 🙂

  17. Vita Pusvitasari
    November 20, 2018

    Keluarga adalah pendidikan pertama karakter seseorang dan menjadi tempat berkumpul, jika semua keluarga di Indonesia bahagia dan sejahtera InsyaAllah Indonesia makin jaya 🙂

  18. Eka Murti
    November 20, 2018

    Wah,. Sam udah punya platform keluarga 4.0 keceh.. jadi nanti ga kaget lagi.. tinggal cari sebelahnya aja
    yekaaan ��

  19. Novitalevi
    November 21, 2018

    Kita bangsa yg harus terus berkembang mengikuti jaman kan … Di awali dari ruang terkecil yaitu keluarga kita harus terus membuat perbaikan dengan menciptakan keluarga yg bahagia dan sejahtera

  20. rizki
    November 21, 2018

    jadi kapan brother??

  21. Helena
    November 21, 2018

    kudu siap menghadapi revolusi industri 4.0 yang udah kelihatan batang hidungnya. hihih. Kebiasaan keluarga makan di meja makan bisa menjadi langkah menuju keluarga industri 4.0

  22. Nefertite Fatriyanti
    November 22, 2018

    Iyah, karena komunikasi keluarga akan jadi kekuatan moral bagi individu didalamnya.
    Komunikasi keluarga akan jadi daya tahan yang baik

  23. catatanemak
    January 8, 2019

    Sam buruan dah kahwin biar ilmunya.bisa dipraktekin hahahaha. Jgn lupa Sam sblm merit omongin dulu mau bentuk keluarga spt apa eaaaa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *