19 C Jakarta
Thursday 21st November 2024
By SamAzhar

Mempromosikan Kembali Pangan Lokal Cetak Generasi Emas Indonesia Bebas Stunting

 

Panganan Lokal Khas Indonesia (sumber: MielPhotos2008)

Seperti diketahui
setiap tanggal 25 Januari, masyarakat Indonesia memperingati Hari Gizi
Nasional. Pada peringatan Hari Gizi Nasional ke-62 yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan  RI pada 3 Februari
2022 secara virtual lewat sesi webinar yang disaksikan via Zoom dan YouTube,
mengangkat tema “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas”. Kedua hal ini ternyata
masih menjadi permasalahan dunia dan penting bagi seluruh keluarga Indonesia
untuk memahaminya serta menerapkan pola makan teratur dan sehat dengan gizi
seimbang.

Tema tersebut diambil karena dilatarbelakangi oleh upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang menghadapi tantangan akibat stunting dan
obesitas. Seperti yang telah dijelaskan oleh pihak Kemenkes, definisi stunting adalah adalah
gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang
infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai. Gangguan ini menimbulkan masalah
pada pertumbuhan yang menyebabkan tinggi badan sang anak lebih rendah atau
pendek (kerdil) dari rata-rata teman-teman seusianya.

Masalah stunting dapat
diatasi dengan melakukan berbagai langkah pencegahan, salah satunya adalah
dengan memenuhi kecukupan gizi pada usia kehamilan. Pada masa menyusui, seorang
ibu pun perlu memberikan asi eksklusif sampai bayi berusia enam bulan.

Selain itu,
pemantauan kondisi gizi anak juga harus diperhatikan agar apabila terlihat
tanda-tanda ketidaknormalan bisa langsung segera diatasi. Terakhir, kondisi
kebersihan lingkungan tempat tinggal tak boleh luput dari perhatian. Lingkungan
yang tidak sehat bisa menimbulkan penyakit yang dapat memicu masalah pada
ketercukupan gizi anak.

Berbeda
dengan stunting, obesitas sendiri merupakan kondisi penumpukan
lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake)
dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama.
Peningkatan angka obesitas umumnya dikaitkan dengan asupan makanan dengan
energi yang melebihi kebutuhan harian.

Obesitas tidak
boleh dianggap remeh karena dapat membahayakan kesehatan. Ada banyak risiko
penyakit yang dapat dialami seseorang yang mengalami masalah obesitas. Sebut
saja seperti penyakit jantung, diabetes melitus, hingga tekanan darah tinggi.

Masalah obesitas
sebenarnya dapat diatasi dengan melakukan pola hidup sehat. Hal utama untuk
memerangi obesitas adalah melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari.
Selain itu, upaya-upaya lain guna mengatasi obesitas seperti mengurangi makan
berlebih, mengonsumsi buah dan sayur, mengurangi jenis makanan yang tinggi akan
gula, garam, dan minyak, serta mengatur pola istirahat dengan baik.

Kondisi saat ini
masih banyak anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang baik sehingga terjadi
stunting. Asupan gizi yang baik didapatkan dari makanan yang tepat sesuai yang
tersedia di daerah masing-masing. Gizi yang baik adalah pondasi penting bagi
seorang anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama bagi
mereka yang tumbuh dan berkembang di lingkungan rentan.

Hasil survei
Status Gizi Indonesia (SGI) 2021 menunjukkan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami
stunting dan 1 dari 10 anak mengalami gizi kurang. Upaya strategis yang harus
dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi terutama stunting dimulai
dengan deteksi dini. Kegiatan dilakukan melalui pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan secara rutin di Posyandu.


Penguatan promosi
pemberian makanan bayi dan anak mencakup inisiasi menyusui eksklusif sampai
bayi berusia 6 bulan dan sampai dengan 2 tahun. Pemberian makanan pendamping
ASI (MP ASI) dengan mengutamakan asupan makanan tinggi protein hewani sejak
anak berusia 6 bulan yang mana sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Lalu pangan
seperti apa yang dapat mencegah stunting?
Pencegahan stunting harus diawali dengan prinsip pencegahan, yakni mencegah
sedini mungkin. Artinya remaja sehat bergizi baik kemudian calon pengantin yang
sehat dan bergizi baik merupakan langkah awal mencegah anak stunting.

Pencegahan
stunting dimulai dari porsi isi piring dengan kandungan gizi seimbang, salah
satunya untuk pembentukan kolagen bagi kebutuhan tulang rawan. Tetapi secara
umum kalau sudah makan 3 jenis lauk pauk setiap hari maka semua kebutuhan asam
amino esensial untuk pembentukan kolagen pun sudah terpenuhi.

Kandungan gizi
seimbang bisa didapatkan dari pangan yang banyak beredar di masyarakat. Untuk
ibu hamil atau sebelum bayi lahir pangan yang dianjurkan setiap kali makan
adalah ikan minimal 4 kali seminggu dengan porsi minimal 75 gr – 100 gr, 1-2
butir telur sehari, susu, pangan hewani, dan lauk pauk.

Sementara itu
pangan yang terbukti mencegah stunting setelah bayi lahir adalah ASI, berbagai
MP ASI, telur setelah 1 tahun 1 butir sehari kalau setelah 6 bulan antara
setengah sampai satu butir telur sehari, kemudian diberi susu pertumbuhan,
pangan hewani, dan lauk pauk.

Berdasarkan
Permenkes nomor 41 tahun 2014 yang tergolong ke dalam pangan gizi seimbang,
antara lain:

Sumber: Tanoto Foundation


  1. Bagi
    ibu hamil: makan pagi terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2
    porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 1 porsi, buah 1 porsi, gula 1 porsi,
    lemak 1 porsi, dan air putih atau air mineral 2 porsi. Kemudian makanan
    selingan pagi yaitu makanan pokok 1/2 porsi, buah 1 porsi, dan air minum 1
    porsi. Untuk makan siang terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani
    1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 2 porsi, buah 1 porsi, lemak 2
    porsi, dan air putih 2 porsi. Untuk makanan selingan siang terdiri dari
    makanan pokok ½ porsi, gula 1 porsi, air putih 1 porsi. Selanjutnya untuk
    makan malam terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi,
    lauk nabati 1/2 porsi, sayur 1 porsi, buah 1 porsi, lemak 1 porsi, susu 1
    porsi, air minum 2 porsi.

Satu porsi makanan
pokok seperti nasi sebanyak 100 gr atau 1 piring sedang dan dapat diganti
dengan ubi jalar kuning 1 buah ukuran sedang atau 135 gr. Lauk hewani merupakan
1 porsi ikan pepes 45 gr atau 1 potong ukuran sedang. Lauk hewani bisa diganti
dengan daging ayam 1 potong ukuran sedang 40 gr. Lauk nabati bisa dengan 1
porsi tempe goreng 50 gr atau 1 potong ukuran sedang. Lauk nabati dapat diganti
dengan tahu 2 potong ukuran sedang 100 gr. Untuk sayuran bisa dengan 1 porsi
sayur bayam 100 gr sebanyak 1 mangkok kecil atau dapat diganti dengan kacang
panjang 1 gelas sayuran 100 gr. Kebutuhan buah bisa dengan 1 porsi pisang ambon
50 gr atau 1 buah pisang ukuran sedang, dapat diganti dengan jeruk manis 1 buah
ukuran sedang sebanyak 100 gr. Selanjutnya untuk minuman terdiri dari 1 porsi
susu atau air putih satu gelas 250 ml.

  1. Bagi
    bayi: usia 0 – 24 bulan harus diberi ASI, bayi pada usia 6 – 9 bulan mulai
    diberi MP ASI berupa makanan lumat, pada usia 9 – 12 bulan diberi MPASI
    makanan lembek. Pada usia 12 – 24 bulan mulai diberi makanan keluarga. Frekuensi
    makan bagi bayi per hari usia 6 – 9 bulan sebanyak 2 – 3 kali makanan
    lumat + 1 – 2 kali makanan selingan ditambah ASI. Jumlah setiap kali makan
    terdiri dari 2 – 3 sendok makan penuh setiap kali makan dan tingkatkan
    secara perlahan sampai setengah dari cangkir mangkok ukuran 250 ml tiap kali
    makan. Pada usia 9 – 12 bulan diberi 3 – 4 kali makanan lembek + setengah
    kali makanan selingan ditambah ASI. Porsi makanan sebanyak setengah
    mangkuk ukuran 250 ml. Selanjutnya untuk bayi usia 12 – 24 bulan sebanyak
    3 – 4 kali makanan keluarga ditambah 1 – 2 kali makanan selingan plus ASI.
    Jumlah setiap kali makan sebanyak ¾ mangkuk ukuran 250 ml.

Melalui kegiatan
ini diharapkan dapat menjadi pengingat atau reminder bagi kita baik apalagi di masa
pandemi Covid-19 yang masih terjadi. Hal yang lebih penting lagi, kegiatan ini
kembali menegaskan tujuan untuk meningkatkan komitmen dan mempererat kerja sama
seluruh elemen bangsa untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui perbaikan
gizi masyarakat.

Pada hari Gizi
Nasional tahun ini memiliki tujuan, yaitu untuk menyebarluaskan informasi dan
promosi kepada masyarakat tentang pentingnya pelayanan gizi spesifik dan
sensitif untuk pencegahan masalah gizi ganda, meningkatkan peran media massa
dalam kampanye pencegahan masalah gizi ganda sebagai salah satu upaya
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, meningkatkan komitmen dan kerja sama
antara pemerintah baik sektor kesehatan maupun non kesehatan di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten atau kota, serta swasta dalam kesehatan dan gizi.

Dengan gizi yang
tercukupi dan juga seimbang, kesehatan tubuh dapat lebih terjaga sehingga
berdampak pada peningkatan kualitas SDM yang lebih maksimal. Hari Gizi Nasional
adalah sebuah momentum untuk membangkitkan kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap pentingnya penerapan gizi seimbang guna kualitas kesehatan yang lebih
baik. 

 

  • No Comments
  • February 9, 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *