19 C Jakarta
Thursday 21st November 2024
By azharssc

Mariana Yunita, Penyuluh Kesehatan Seksual dan Reproduksi Anak dan Remaja dari Timur Nusa Tenggara

Sumber foto: Mariana Yunita

Tak bisa dipungkiri pembicaraan ataupun pendidikan terkait kesehatan seksual dan reproduksi memang masih terlalu tabu atau seperti belum layak untuk diperbincangkan oleh sebagian besar masyarakat kita. Apalagi jika menyasar ke anak-anak dan para remaja.

Banyak orang tua dalam sebuah tatanan masyarakat yang masih memandang bahwa pendidikan seks tidak ubahnya berujung seperti mengajarkan pornografi. Mereka berpikir anak-anak akan mengetahui dengan sendirinya kok tentang seks apabila sudah besar dan beranjak dewasa ketika memasuki fase akhil balik.

Para orang tua atau wali yang masih bertanya-tanya, “Buat apa sih mengajari anak caranya menyebok dengan benar? Buat apa sih bahas soal haid atau mimpi basah dalam sebuah forum? Kenapa kok malah pacaran aja harus dibahas sih?” dan masih banyak pertanyaan apa dan kenapa lainnya.

Nah, hal inilah yang membuat seorang pemuda dari Timur Nusa Tenggara yang tergerak untuk menggagas Tenggara NTT. Sebuah komunitas remaja dan anak muda yang berfokus pada isu hak kesehatan seksual dan reproduksi anak dan remaja.
Dia adalah Mariana Yunita Hendriyani Opat atau yang akrab disapa Kak Tata, Pendiri sekaligus pencetus Tenggara Youth Community (Komunitas Muda Tenggara). Tenggara Youth Community merupakan sebuah komunitas yang berbasis terutama di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Berdiri sejak tahun 2016, Tenggara hadir karena adanya keresahan para pengurusnya ketika mereka mengalami masa pubertas. Berangkat juga dari ketakutan terhadap teman-teman yang tidak mempunyai akses atau belum bisa bangkit kembali untuk mencapai mimpi-mimpi mereka karena mengalami kekerasan seksual dan gangguan kesehatan reproduksi. Kondisi tersebut juga didorong oleh belum adanya komunitas yang aktif pada isu kekerasan seksual dan kesehatan reproduksi di Kota Kupang.

Untuk itu, Tenggara NTT hadir mengembangkan sebuah upaya inisiatif untuk membantu mengedukasi anak-anak dan remaja mengenai kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif.

Mengapa pendidikan seks untuk anak dan remaja begitu penting?

Forum diskusi Komunitas Tenggara (dok. Tata Yunita)

Perjuangannya bukan tanpa hambatan. Banyak persoalan yang lebih dulu datang dan akhirnya berhasil kak Tata lalui dalam upayanya mengedukasi anak-anak dan remaja terutama tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi (hksr).

Beberapa masalah itu bahkan telah menghadang sejak awal dirinya memulai mendirikan komunitas Tenggara. Begitu juga ketika kak Tata mulai menjangkau anak-anak dan remaja di beberapa daerah di NTT. Kehadirannya sempat diremehkan oleh para orangtua atau pendamping komunitas.

Mendapati persoalan seperti itu, tentu saja ia tentu tak lantas menyerah begitu saja. Hal ini terbukti pada upayanya yang lebih keras untuk meyakinkan orangtua atau pendamping bahwa pemahaman akan kesehatan seksual dan reproduksi diberikan sejak dini kepada anak itu sangat penting.

Dia pun bersyukur setelah dilakukan pendekatan lebih lanjut, lambat laun hampir semua orangtua maupun pendamping yang ditemui oleh komunitas Tenggara mau terbuka atau diajak bekerja sama.
Pendekatan yang dilakukan Tenggara, yakni bukan hanya menjelaskan secara personal kepada para orangtua atau pendamping tentang pentingnya pendidikan seks dan reproduksi. Tenggara juga kerap kali mengajak para orangtua dan pendamping untuk turut serta dalam forum edukasi tersebut bersama anak-anak.

Pada beberapa kesempatan, Tenggara bahkan sempat membuat forum edukasi yang khusus diikuti oleh para orang tua. Kak Tata ingin mendorong para orangtua tak hanya paham akan pentingnya pendidikan seks dan reproduksi bagi anak-anak dan remaja, tapi juga terlibat aktif dalam melakukan edukasi masalah tersebut di rumah.

Program Bacarita Kespro Bersama Komunitas Tenggara NTT @tenggarantt

Program Bacarita Kespro (dokumen Mariana Yunita)

Pandemi hanyalah tantangan baru yang harus dihadapi dan ditaklukkan. Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan langkah dan semangat anak muda seperti Mariana Yunita, untuk tetap menjangkau anak-anak dan remaja dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT). Tanpa kehilangan akal, ketika wabah virus melanda Tata Yunita ini lantas memanfaatkan media sosial (medsos) untuk kembali menggelar Bacarita Kespro.

Awalnya, Tata bersama rekan-rekannya di Youth Community Tenggara hanya mengalihkan penyelenggaraan program edukasi hak kesehatan seksual dan reproduksi tersebut dari tatap muka langsung ke grup WhatsApp (WA). Namun seiring, berjalan waktu, dengan maksud menjangkau kalangan lebih luas lagi dan menciptakan peluang diskusi yang lebih interaktif, dirinya bersama dengan komunitas Tenggara kemudian mengadakan kegiatan Bacarita Kespro lewat siaran langsung Instagram @tenggarantt.

Bacarita diambil dari bahasa Melayu Kupang yang berarti bercerita. Sedangkan Kespro adalah singkatan kesehatan reproduksi. Jadi, Bacarita Kespro adalah kegiatan bercerita tentang kesehatan reproduksi. Tata menyampaikan, dalam menjalankan program edukasi ini, Tenggara memiliki sasaran kunci. Target utamanya adalah remaja berusia 10 sampai 24 tahun yang berasal dari kelompok poor (miskin), marginal (terpinggirkan), social excluded (dikeluarkan dari lingkungan sosial), dan underserved (tak terlayani) atau disingkat PMSEU.

Waktu demi waktu, program Bacarita Kespro yang digagas Tata bersama rekan-rekannya di Tenggara mampu merangkul semakin banyak anak-anak dan remaja di NTT. Hingga 2019, setidaknya sudah ada 2.000-an anak dan remaja di 43 komunitas di wilayah NTT yang mendapatkan akses informasi dari Tenggara. Jangkauan ini mencakup Kota Kupang, Desa Oesao di Kabupaten Kupang, Desa Neke di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Pulau Kera di Kabupaten Sumba Timur bersama Kopernik. Selama sosialisasi pendidikan seksual dan reproduksi di NTT, komunitas Tenggara telah berkolaborasi dengan BKKBN, KPAI, dan Woman for Indonesia.

Kegiatan edukasi Bacarita Kespro juga sudah mendapat dukungan dari International Youth Alliance for Family Planning (IYAFP), termasuk beberapa kolaborasi dari lembaga internasional lainnya. Oleh karena itu, Tata bersama rekannya-rekannya di Tenggara kini tidak jarang diundang pula untuk berbagi informasi mengenai hak kesehatan seksual dan reproduksi di sekolah-sekolah, kampus-kampus, atau komunitas di luar PMSEU lainnya.

Kegigihan Tata yang tak mengenal lelah itulah akhirnya dilirik oleh para juri dalam pemilihan penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2020. Oktober 2020, sosok inspiratif Mariana Yunita Hendriyani Opat akhirnya terpilih sebagai penerima apresiasi SATU Indonesia Award untuk bidang kesehatan.

Dirinya berharap melalui apresiasi SATU Indonesia Award ini bisa menginspirasi anak muda dimana saja untuk mau terjun mengedukasi adik-adik dari kalangan anak-anak dan remaja tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi. Melalui pengalamannya, Tata meyakini bahwa pendidikan seks yang diberikan sejak dini dapat membantu anak-anak menyiapkan masa depan dengan lebih baik.

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa, pendidikan seks bisa membantu anak-anak dan remaja untuk mengerti perubahan fisik yang terjadi selama pubertas dan mengajarkan bagaimana merawat tubuh, termasuk memahami consent (persetujuan) dan mencegah kekerasan seksual.

Pendidikan seks penting diberikan agar anak remaja dapat menyikapi mitos dan kesalahan informasi seputar kespro, mengatur hubungan, perubahan emosional, dan sosial, serta menghindari hal-hal terkait dengan risiko perilaku seks, seperti hamil di luar nikah, dan mencegah penyakit menular seksual (PMS) maupun HIV/AIDS.

  • No Comments
  • September 21, 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *