Kiprah Alfira Oktaviani, Wirausaha Muda Pelestari Kain Lantung Bengkulu Pendiri Bisnis Fesyen Berkelanjutan Semilir Ecoprint
Dunia fesyen kini sedang gencarnya mengusung konsep sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan. Hal ini dipengaruhi oleh dampak dari tingginya limbah yang dihasilkan industri fesyen setiap tahunnya. Limbah tersebut berasal dari proses produksi, limbah pakaian bekas, hingga limbah dari sumber lain yang berdampak buruk bagi lingkungan.
Mirisnya, PBB mengungkapkan fakta bahwa industri fesyen menduduki urutan kedua sebagai industri paling berpolusi. Industri ini menyumbang 8 persen dari seluruh emisi karbon dan 20 persen dari air limbah global. Untuk itu, produk keberlanjutan dalam dunia fesyen harus memberikan dampak yang baik khususnya di bidang ekonomi dan sosial, serta lingkungan sekitar.
Memiliki produk fesyen yang berumur panjang (long lasting) merupakan salah satu bentuk penerapan sustainable fashion. Kini sebagian besar produsen fesyen nampaknya saling berlomba untuk beralih menciptakan produk yang sustainable dengan mendaur ulang limbah produksi atau menggunakan bahan-bahan atau material alami yang lebih ramah lingkungan. Sebut saja jenama seperti UNIQLO atau H&M.
Saat yang Tepat Beralih ke Fesyen Berkelanjutan (Sustainable Fashioned)
Tak perlu jauh dari negara luar, dari negeri sendiri tentulah kita mengenal sosok Alfira Oktaviani. Kiprahnya sebagai seorang mompreneur, ibu rumah tangga muda yang giat berwirausaha terutama ingin berdampak bagi lingkungan sekitar.
Kecintaannya pada fesyen dan seni yang membawanya untuk belajar ecoprint lebih dalam. Padahal teknik pewarnaan ini belum lama masuk ke Indonesia pada tahun 2016. Nah barulah pada 2018, ia lalu mantap dan serius menggeluti teknik Ecoprint hingga akhirnya mendirikan bisnis fesyen berkelanjutan yang diberi nama Semilir Ecoprint.
Lebih lanjut, Alfira mengatakan Semilir merupakan usaha yang bergerak di bidang ecofashion bertema ecoprint yang mengusung konsep ethical fashion. Dengan teknik ecoprint, Semilir menjadi salah satu alternatif fashion yang ramah lingkungan, dengan proses pewarnaan menggunakan dedaunan asli alam Indonesia.
Bisnis ini memperkenalkan fesyen yang ramah lingkungan dengan mentransfer bentuk dan warna daun asli ke media kain melalui kontak langsung. Melalui produknya, Mbak Alfira berusaha mengeksplorasi kekayaan flora Indonesia sebagai wujud lain pelestarian budaya dan alam.
Dengan berbekal saat duduk di bangku kuliah sebagai apoteker. Beliau mengungkapkan jika mata kuliah manajemen bisnis, morfologi tumbuhan, hingga teknik kimia menjadi modal dasar untuk mengembangkan usaha ecoprint pemberdayaan fesyen lokal yang siap go international tersebut.
Dijelaskan oleh Mbak Alfira, Semilir berasal dari bahasa Jawa yang artinya silir atau angin yang menyejukkan. Melalui filosofi ini, Mbak Alfi mengaku sebagai pemilik berharap Semilir dapat menyejukkan bagi lingkungan dan masyarakat dan tentunyapenikmat produk Semilir.
Adapun segmen pasar dari Semilir adalah menengah ke atas, dengan sasaran wanita usia 20-60 tahun di kota-kota besar yang menyukai produk lokal, handmade, dan ramah lingkungan. Sehingga mereka dapat menikmati bagaimana sensasinya suasana alam di perkotaan dengan menggunakan produk-produk Ecoprint.
Alasan Memilih kulit Lantung dari Bengkulu
Salah satu produk unggulan Semilir adalah ecoprint pada kulit kayu Lantung khas Bengkulu. Di samping mendirikan Semilir, rupanya Mbak Alfi juga merupakan pelestari kain lantung Bengkulu di Yogyakarta lho.
Bukan tanpa sebab kenapa sang pemilik memilihnya. Selain Bengkulu adalah tanah kelahiran sang Ayah, dirinya juga mengakui bahwa kulit Lantung ini bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk fesyen. Tidak hanya busana namun juga aksesoris seperti tas, dompet, outer, scarf/ syal, sajadah dan masker.
Lewat usaha Semilir ini, beliau berharap kulit kayu lantung tetap lestari sebagai warisan wastra Indonesia dan mengenalkan kembali pesona kain lantung Bengkulu hingga mancanegara.
Lewat Kepeduliannya Terhadap Lingkungan Mampu Berdayakan Ibu-Ibu Rumah Tangga di Sekitar
Melalui usaha Semilir Ecoprint, Mbak Alfira ingin memberdayakan masyarakat terutama kelompok ibu-ibu sehingga para Ibu rumah tangga agar tetap memiliki penghasilan tambahan untuk keluarga.
Selain itu, dengan memberikan keterampilan ecoprint kepada Ibu-ibu di lingkungan sekitar, komitmen Mbak Alfi ke depan ingin membangun dan memperkenalkan desa pengrajin ecoprint sehingga terbentuk suatu ekosistem usaha di lingkungan tempat tinggalnya.
Menariknya lagi, Semilir juga mempertimbangkan dampak lingkungan serta memperhatikan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Terutama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembuatannya.
Salah satu pengrajin Semilir yang juga seorang Ibu Rumah Tangga mengaku perekonomiannya terbantu sejak turut terlibat langsung dengan Semilir. Dengan adanya Semilir, beliau mengakui sebagai para ibu rumah tangga bisa memanfaatkan waktu luang dengan lebih produktif ditambah mendapatkan penghasilan tambahan.
Kebangkitan Kembali Semilir Ecoprint Paska Pandemi
Kesuksesan tidak dapat dibangun hanya dalam semalam. Begitu pula perjuangan Mbak Alfira dalam mempertahankan bisnis Semilir. Siapa bilang selalu mulus begitu saja bukan tanpa hambatan? Apalagi mengingat hampir di semua lini bidang berdampak akibat pandemi Covid 19 selama 3 tahun berturut-turut.
Sebut saja sebelum pandemi, Semilir Ecoprint dapat memperoleh omzet sebesar Rp 50 juta hingga Rp 100 juta per bulan. Semilir juga kerap kali mengikuti pameran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan ajang fashion show yang terhenti selama pandemi. Kini mereka mulai merangkak naik lagi sejak pandemi berakhir.
Workshop yang dulunya rutin diadakan dan berhenti selama pandemi, mulai kembali diselenggarakan. Salah satu workshop terbesar yang pernah dilaksanakan Semilir adalah dengan membina para pemuda Karang Taruna di Desa Banaran, Kabupaten Gunung Kidul.
Bekerjasama dengan Hutan Pendidikan Wanagama Universitas Gadjah Mada (UGM), sekitar 5 orang ibu-ibu pengrajin Semilir mengajarkan para pemuda di desa lokasi hutan tersebut untuk membuat ecoprint yang kemudian menjadi tempat produksi oleh-oleh khas Fakultas Kehutanan UGM.
Ini merupakan salah satu upaya Semilir untuk membantu perekonomian warga di desa tersebut melalui ecoprint. Dari awalnya hanya melatih para pemuda, kini para ibu-ibu di Desa Banaran tertarik ikut serta. Produk yang dibuat adalah seminar kit dan corporate souvenir seperti tas laptop, cover buku dan ID card. Semilir juga kembali mengikuti berbagai ajang pameran dan fashion show dalam negeri untuk memperluas promosinya mengenai fesyen dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan.
Karena semangat, dedikasi, dan perannya inilah Mbak Alfira Oktaviani bersama Semilir Ecoprint mendapat perhatian dan penghargaan dari banyak pihak. Pada 2022 yang lalu, Mbak Alfira terpilih sebagai Penerima Apresiasi 13th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2022 untuk kategori Kewirausahaan.
Besar harapan beliau bahwa penghargaan dari PT Astra International Tbk ini bisa menjadi pemacu baginya dan para mitra Semilir Ecoprint untuk bisa memperkenalkan kain lantung lebih luas lagi. Tidak hanya itu saja, wirausaha merangkap ibu rumah tangga ini juga berharap dapat menghadirkan solusi untuk mengatasi masalah lingkungan, tempat produksi kain tersebut dibuat.